Hari ini, adalah hari Jum'at ketiga di Kebon Sirih. Kali ini saya memutuskan untuk melaksanakan sholat jum'at di Mesjid Cut Meutia Menteng, Jakarta. Jika dilihat dari bentuknya, bangunan mesjid tidak seperti mesjid lainnya, karena memang dulu bangunan ini awalnya bukan mesjid, melainkan kantor arsitek N.V Bouwploeg (dari sinilah lahir nama Boplo untuk sebutan kawasan ini) sebuah kantor pengembang kawasan Gondangdia di era kolonial Belanda.
Awalnya gedung ini adalah milik Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879 – 1955) seorang pengembang wilayah Gondangdia. Seiring dengan revolusi yang terjadi di negeri ini, maka gedung ini silih berganti beralih fungsi. Dulu gedung ini pernah menjadi kantor pos, kantor perusahaan jawatan kereta api, gedung sekretariat MPRS, dan hingga akhirnya menjadi sebuah mesjid.
Begitu memasuki area mesjid ini, suasana sangat teduh karena memang banyak pepohonan besar di halaman mesjid, sehingga orang-orang banyak yang menjadikan tempat beristirahat dikala siang hari. Banyaknya penjual makanan di sekitar mesjid semakin mendukung suasana berisitirahat di tempat ini. Di bagian dalam mesjid juga sangat nyaman, selain karena dilengkapi dengan AC, langit-langit mesjid yang tinggi juga turut mempengaruhi suhu didalam ruangan, sehingga terasa adem.
Karena bangunan ini awalnya memang bukan mesjid, maka pengaturan shaf di mesjid ini jadi lain dari mesjid biasanya. Shaf agak menyerong sedangkan mimbar mesjid berada di sebelah kiri jama'ah. Pilar-pilar yang besar juga menghalangi jema'ah yang berada di belakang dan samping, jadi di mesjid ini dilengkapi dengan layar LCD agar jema'ah bisa melihat khatib jika sedang berkhutbah jum'at
Satu hal yang menarik dari mesjid ini adalah adanya pasar kaget yang sangat ramai. Suasana sekitar mesjid setelah pelaksanaan sholat jum'at berubah menjadi pasar kaget yang ramai. Banyak barang dagangan dan makanan yang dijajakan disini. Pasar kaget inilah yang menjadi salah satu alasan saya untuk sholat jum'at disini.