Masih di sekitar kolong rel stasiun Gondangdia, ada satu jajanan langka, jajanan yang cukup tua setua penjualnya. Ketika selesai makan siang di kolong rel stasiun Gondangdia, tepatnya di penghujung jalan menuju jalan Kebon Sirih, saya menemukan penjual Gulali Rambut Nenek. Penjualnya adalah seorang kakek tua renta yang selalu mengenakan topi putih khas era koloni belanda tempo dulu.
Tidak setiap hari saya bisa menemui jajanan ini, tapi beruntung hari ini saya bisa bertemu dan mencicipi jajanan ini. Melihat keriput kulitnya dan kurus kering badannya, saya terkagum dengan ketegaran kakek ini menggendong kaleng-kaleng yang berisi gulali. Saya beli gulalinya Rp5000, dengan uang sebanyak ini ini saya mendapatkan gulali yang banyak dan bisa dibawa pulang kerumah. Seporsi gulali dengan diapit dua lembar kerupuk kering dari tepung beras harganya cukup 2000 rupiah saja.
Sambil menunggu pesanan saya dibuat olehnya, saya berbincang sejenak dengan kakek ini. Ternyata sudah cukup lama kakek ini berjualan gulali ini. Gulalinya dibuat sendiri oleh kakek, dari bahan bakunya sampai proses pembuatannya, semuanya dilakukan sendiri. Ternyata cukup lama juga saya ngobrol, saya masih bisa melihat bahagia memancar dari raut wajah tuanya.